Postingan

Tuhan? Ini aku anakmu. Anak  durhaka yang tak pernah mengingatmu. Izinkanku kembali mengeluh pada-Mu. Tuhan ? Kau ciptakanku dengan rasa bukan? Tapi kenapa mati rasa hanya satu satunya kini terasa duhai Tuhanku? Tuhan? Kau ciptakanku sebagai jawaban dari keinginan bukan? Tapi kenapa satu satunya keinginan kini adalah jawaban dari keinginan itu sendiri duhai Tuhanku? Tuhan? Kau ciptakanku untuk membahagiakan mereka bukan? Tapi kenapa kini satu satunya yang ingin mereka bahagiakan kini adalah diriku sendiri duhai Tuhanku. Tuhanku? Kau menciptakanku dengan segala cinta bukan? Tapi bolehkah aku juga mencicipi setetes rasa cinta itu pula duhai Tuhanku? Tuhan. Terima kasih. Aku kini merindukan-Mu.
Dia kembali tersiksa diantara langit dan bumi. Dimana umat menyangkal serta mahluk menangkal. Tiada lagi ingin menyentuh pundaknya. Gulita sudah menjiwai peran sang sukma tak bernyawa. Kini ia hanya berteman gundah dengan berbekal gulana.
Dia.... Sedang tersesat dalam naungan akal sehat. Dia... Sedang menepi dalam taburan para mimpi. Dia.. Sedang terlena dalam lautan asa berusaha. Lagi lagi dia. Bukan dirinya.
Wajarkah sang cemburu bersemayam dalam lubuk gelap itu? Kami sekedar mahluk yang tak teruntuk. Hanya terputar lingkar perilaku tak terarah. Hanya terjebak lautan bimbang tak terjawab. Kami sekedar kaum nyata yang fana. Hanya berkata tanpa dikata. Hanya bertindak tanpa ditindak.
"Sentuhan pertama para jemari Menyentuh perlahan kuas di lemari Sebuah perilaku sederhana yang tak terapresiasi" "Lukisan nyata yang kerap terkesan tak berarti  Tanpa menghitung keringat yang tercerai di dahi Sebuah budaya sederhana yang sering terjadi" -curahan hati seorang pelukis
Seuntai piringan hitam yang hidup untuk kesekian kali. Nada demi nada ringkih yang terputar memang tak asing untuk dikenali. Bait demi bait yang terlontar sangat akrab pula bagi sang pemilik jasmani. Ya , aku kenal musik ini. Ini Musik Perkusi. Musik perkusi yang terekam dalam sebuah piringan hitam? Mungkin terdengar ganjil bagi sebagian penikmat irama. Tapi bagi kami para seniman, sudah terbiasa menggeluti malam kelam. Bahkan kami rela tidur di jalanan hanya untuk hasil yang sempurna. Entah kenapa piringan hitam itu berputar semakin cepat... Tabuhan demi tabuhan para pemain perkusi mulai mengalirkan emosi... Jiwa mereka mulai teralirkan dalam alat pemutar yang penuh karat... Seakan akan harmoni yang indah berkata kepada kami para pendengar.. Ya. Aku kembali. Musik satu ini memang menarik dan pandai bermain dengan rasa. Rasa yang hanya bisa menggebu selayaknya semangat seorang tentara baru. Jiwalah yang selalu bisa berdendang hingga tinggalah debu. Dan raga yang l
Entah candu atau rindu Namun kini tinggalah tabu Tangan menggegam abu Bimbang layaknya hantu lagi lagi kembali ke mimpi Semua takkan terjadi Karena terjebak imajinasi Hati menjadi basi Busuk dan dihindari Syukur ataukah kufur Nasi tetap menjadi bubur Harus kembali dikubur Atau kita tak bisa kabur Terjebak ataukah pergi Kembali melihat hati Apakah mampu beranjak lagi Atau menetap sekian kali