Seuntai piringan hitam yang hidup untuk kesekian kali.
Nada demi nada ringkih yang terputar memang tak asing untuk dikenali.
Bait demi bait yang terlontar sangat akrab pula bagi sang pemilik jasmani.
Ya , aku kenal musik ini.
Ini Musik Perkusi.
Musik perkusi yang terekam dalam sebuah piringan hitam?
Mungkin terdengar ganjil bagi sebagian penikmat irama.
Tapi bagi kami para seniman, sudah terbiasa menggeluti malam kelam.
Bahkan kami rela tidur di jalanan hanya untuk hasil yang sempurna.
Entah kenapa piringan hitam itu berputar semakin cepat...
Tabuhan demi tabuhan para pemain perkusi mulai mengalirkan emosi...
Jiwa mereka mulai teralirkan dalam alat pemutar yang penuh karat...
Seakan akan harmoni yang indah berkata kepada kami para pendengar..
Ya. Aku kembali.
Musik satu ini memang menarik dan pandai bermain dengan rasa.
Rasa yang hanya bisa menggebu selayaknya semangat seorang tentara baru.
Jiwalah yang selalu bisa berdendang hingga tinggalah debu.
Dan raga yang lagi lagi hanya bisa terdiam tanpa ada tingkah laku.
Namun satu hal pasti yang semua khalayak mengerti.
Musik ini hanya disukai pencipta. Bukan penikmat karya.
Karena seniman jugalah manusia berego.
Terkadang mereka mencipta dengan keinginan bukan dengan perasaan.
Terkadang mereka terbelenggu dalam ketamakan tanpa memahami keadaan.
Ya memang begitulah insan yang tercipta.
Bisa menjadi dingin karena ingin.
Bisa menjadi kalap dikala gelap.
Selalu merasa menang di kala senang.
Selalu merasa kalah di kala salah.
Selalu merasa besar di kala benar.
Hidup semenarik itu bukan?
-Musisi Penikmat Kehidupan-
Nada demi nada ringkih yang terputar memang tak asing untuk dikenali.
Bait demi bait yang terlontar sangat akrab pula bagi sang pemilik jasmani.
Ya , aku kenal musik ini.
Ini Musik Perkusi.
Musik perkusi yang terekam dalam sebuah piringan hitam?
Mungkin terdengar ganjil bagi sebagian penikmat irama.
Tapi bagi kami para seniman, sudah terbiasa menggeluti malam kelam.
Bahkan kami rela tidur di jalanan hanya untuk hasil yang sempurna.
Entah kenapa piringan hitam itu berputar semakin cepat...
Tabuhan demi tabuhan para pemain perkusi mulai mengalirkan emosi...
Jiwa mereka mulai teralirkan dalam alat pemutar yang penuh karat...
Seakan akan harmoni yang indah berkata kepada kami para pendengar..
Ya. Aku kembali.
Musik satu ini memang menarik dan pandai bermain dengan rasa.
Rasa yang hanya bisa menggebu selayaknya semangat seorang tentara baru.
Jiwalah yang selalu bisa berdendang hingga tinggalah debu.
Dan raga yang lagi lagi hanya bisa terdiam tanpa ada tingkah laku.
Namun satu hal pasti yang semua khalayak mengerti.
Musik ini hanya disukai pencipta. Bukan penikmat karya.
Karena seniman jugalah manusia berego.
Terkadang mereka mencipta dengan keinginan bukan dengan perasaan.
Terkadang mereka terbelenggu dalam ketamakan tanpa memahami keadaan.
Ya memang begitulah insan yang tercipta.
Bisa menjadi dingin karena ingin.
Bisa menjadi kalap dikala gelap.
Selalu merasa menang di kala senang.
Selalu merasa kalah di kala salah.
Selalu merasa besar di kala benar.
Hidup semenarik itu bukan?
-Musisi Penikmat Kehidupan-
Komentar
Posting Komentar