Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

FILOSOFI ALIEN

Kedua alien itu bercengkrama sembari nongkrong diatas ufo itu ditemani secangkir kopi panas. "Tidakkah asyik melihat mereka seperti itu?" seraya menunjuk ke arah planet beroksigen itu. "Iya, apakah tidak bosan mereka memberi kita hiburan seperti ini? seperti melihat episode yang sama diulang kembali. Tetap saja diperbudak keinginan, haus kekuasaan dan dihancurkan oleh ketamakan. Begitu saja terus sampai saudara kita si dajjal rumah sebelah itu mampir ke planet itu" balas rekannya itu "Kita saja masih sembunyi sembunyi. Mereka malah tidak malu mengumbar keburukan serta keegoisan mereka itu. Mereka saling berlomba menampakkan diri ke permukaan hanya untuk diakui. Sedangkan kita. Harus sembunyi sembunyi, merasakan gelapnya kesendirian. Tidak ada yang mau menerima keberadaan kita. Dibuang sana sini. Sekalinya kita ketemu seseorang yang tepat. Kita dimanfaatkan mereka untuk mencari ketenaran. Capek ya jadi alien... " keluh alien yang berbadan bes...
Sang pemuja keinginan kembali bertemu kehancuran. Ia hanya bisa tertegun dalam gelap angan. Ia bermain sendiri dengan segala asumsi pikiran. Tersiksa karena perihnya dugaan. De javu mimpi merasuki impian. Terputar kembali asa dalam kenangan. Dia sendiri yang terdesak kesempatan. Dan kini, ia hanya bisa akrab dengan kematian. Setelah ia dikhianati oleh kebaikan.
"Hey,  lihat Istana itu begitu megah. Mewah dan mahal. Aku ingin bisa berada di dalamnya" ujar seorang pria "Iya begitu megah dan tak ada duanya. Semua orang pasti ingin memilikinya, bukankah kau pernah ada didalamnya?" jawab temannya itu "Iya pernah.namun. Entahlah. Dari semua bagian istana itu aku lebih tertarik dengan segala macam pilar yang begitu kokoh. Pilar yang menjadi dasar istana itu. Aku begitu menyanjung pilar itu. Bahkan kurawat sebagaimana mestinya" tegas pria itu "Tapi mengapa? Lama kelamaan pilar itu membusuk dengan sendirinya. Rusak dimakan oleh waktu. Bahkan aku diusir dari istana itu. Padahal. Aku sudah susah payah merawatnya. Namun. Tetap Tidak ada yang bisa kuperbuat" tambah pria itu
Pria itu lupa akan kodratnya Lagi lagi ia tak boleh bahagia Ia hanya mengenal kata siksa Karena ia hanyalah pengelana Berjalan tanpa arah tanpa makna Ia sering tersesat dan tak punya peta Ia hanya bisa berhenti lalu bertanya pada warga Mengetahui makna lalu kembali berkelana -Pengelana-
Sosok yang akrab dengan ketamakan. Sosok mahluk penuh kerakusan. Mereka hanya ingin makan makan dan makan. Terus menerus diberi asupan. Mereka disiksa oleh keinginan. Mereka selalu memuja kemaslahatan. Apakah mereka lalai alasan mereka diciptakan? Tidak. Ia hanya nafsu dengan kebahagiaan. Hingga melibatkan keegoisan.